
BANDARLAMPUNG — Konstituen bukanlah sekadar objek atau subjek dalam tatanan politik. Tapi lebih dari itu. Konstituen seperti diri sendiri. Bisa menangis, gembira dan merasakan euforia. Tatkala menjumpai, dengan menggenggam kemenangan atau kekalahan.
Pesan itu yang disampaikan Fauzan Sibron, saat berbincang dengan redaksi Rilis Lampung id di posko pemenangan, Jalan Dr. Harun II, Tanjungkarang Timur, Selasa (7/8/2018).
“Konstituen bagi saya, bukan sekadar lumbung suara. Tapi lebih dari itu, mereka adalah bagian dari diri kita. Vital dan sangat penting,” tutur Sekretaris DPW Partai NasDem Lampung, ketika ditanya, apa resep memenangkan pertarungan menuju kursi parlemen.
Ya, berbalik tali sepat yang hobi joging dan bermain futsal itu, menentakan, kerja politik membutuhkan pengorbanan. Baik waktu, pemikiran, sampai finansial.
“Setelah ditanam, dipupuk, disiram dan terus-menerus dirawat, maka yakinlah, kita akan memetik hasilnya. Capek memang, tapi itulah kerja politik. Ada sisi sosial, yang saya maknai sebagai ruang silaturahmi,” papar Fauzan yang berencana mencalonkan kembali sebagai anggota DPRD Lampung periode 2019-2024.
Anggota Komisi IV DPRD lampung itu yakin dengan selalu menjalin silaturahmi dengan masyarakat maka akan berdampak pada orang yang menginginkan dirinya.
“Ini pentingnya personaliti, kehadiran kita. Mereka datang, kita membuka dengan tangan terbuka. Dan sebaliknya, saya hadir, mereka pun memeluk dengan senyum bahagia,” ucapnya.
Bagi Fauzan, keliling dari RT di setiap kelurahan sudah menjadi rutinitas setiap harinya, untuk menyapa masyarakat.
“Bahkan seminggu saya bisa hadiri 20-an undangan. Baik acara pernikahan, sunatan maupun acara lainnya. Dan saya menganggap itu bagian dari investasi sosial kita,” imbuhnya.
Maka dia tidak heran ketika menghadapi orang banyak. Meminta dengan berbagai dalih yang ada.
“Contoh sederhananya saja, begini. Kalau mendekati lebaran, waktunya kita membuka pintu selebar-lebarnya. Kedatangan konstituen adalah rezeki bagi kita. Perkara berapa yang kita keluarkan, itu kan variatif, dan ingat jangan menutup diri,” paparnya.
Soal teknis dalam merangkul pemilih, Fauzan juga menyampaikan sejumlah konsep yang cukup sederhana dan murah.
“Kita bentuk saja tim, setiap RT minimal satu atau dua orang. Dari situ bisa kita lihat, mana suara kita, mana ke orang lain. Dengan begitu bisa dipetakan, seberapa besar kekuatan kita,” urai Fauzan seraya menunjukan data pemilih dalam papan putih yang terpampang di dinding.
Untuk pemilih milenial misalnya, Fauzan tak hanya mengandalkan kegiatan-kegiatan yang bersifat sporadis, dengan jumlah massa tertentu.
“Konsep mengenalkan diri gampang kok. Pasang saja wifi gratis di cafe atau tempat nongkrong. Nah, saat login password, kita pasang saja foto kita. Strategi ini murah-meriah. Tujuannya tak lain, mengenalkan diri, kepada generasi muda,” ujar Fauzan, menutup perbincangan dengan senyum khasnya.(*)